JAYAPURA,- Nama Agus Harimukti Yudhoyono (AHY) digadang-gadang sebagai calon presiden pada pemilihan umum tahun 2019 mendatang.
Saat jumpa media di Resto Rumah Laut di Jayapura, Senin (22/1/18), AHY mengatakan untuk mengikuti kompetisi politik baik pada tingkat pemilihan presiden (Pilpres) maupun pemilihan kepala daerah, ia mengaku menyerahkannya kepada masyarakat.
Namun, Politisi Muda Partai Demokrat itu tak bisa mengelak dengan aksi kunjungannya ke daerah-daerah tanpa tujuan politik.
“Memang saya tidak bisa mengelak dari asumsi publik termasuk teman -teman media bahwa setiap kegiatan saya berkeliling daerah berkaitan dengan sesuatu tujuan atau motif politik. Tetapi perlu saya berkomitmen untuk berkontribusi kepada negara. Saya kemarin belum berhasil dalam perjuangan politik di Jakarta. tetapi tidak memudarkan semangat dan komitmen saya, yang telah saya tanamkan sejak di TNI dulu bahwa saya ingin terus bisa berkontribusi secara positif untuk masyarakat Indonesia,”tegas AHY.
Kata dia, untuk bisa berkontribusi tentu dirinya harus bisa lebih mengenal karakteristik budaya di semua daerah, keunikan dan khasanah lokal, yang itu semua menjadi pemahaman tersendiri bagi dirinya untuk bisa berpikir lebih baik. Termasuk memberikan solusi bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Lanjutnya ketika didalam ruang publik terjadi diskursus politik yang sangat dalam. Apalagi sudah masuk ke tahun 2018, akan ada Pilkada serentak di 171 daerah dimana 17 diantaranya pemilihan gubernur termasuk di Papua. Tentunya dalam rangka menuju tahun politik nasional serentak di tahun 2019.Tentunya masyarakat termasuk para pengamat dan media berspekulasi dengan berbagai skenario terkait peta di 2019.
Dimana hal ini diakuinya tidak terlepas dari incumbent yaitu petahana Jokowi. “Orang mengatakan kurang lebih suasananya kembali pada tahun 2014 lalu. Kemudian kontainder atau pesaing terberatnya adalah Pak Prabowo Subianto. Karena itu sampai dengan hari ini yang muncul di lembaga survei adalah tetap tokoh atau elite politik nasional yang memiliki peluang yang besar,”akunya.
Kemudian yang menarik pasangannya dengan siapa. Menurutnya skenario ini coba dibangun oleh para pengamat, dan lembaga survei yang kemudian menyebut nama. AHY sebagai salah satu alternatif yang bisa saja dipasangkan oleh salah satu diantara keduanya.
Kata Agus yang juga senagai Direktur Yudoyono Institute. Dirinya tidak ingin berandai -andai lebih jauh. Walaupun ada ucapan orang yang mengatakan 2019 sudah didepan mata. Namun AHY mengingatkan dalam politik segala sesuatu kemungkinan bisa terjadi. Jangankan berbicara setahun kedepan. Berbicara bulan, minggu dan haripun bisa berubah.
“Namanya politik cair sekali dan itu sangat tergantung pada akhirnya seberapa bedar harapan rakyat. Yang tentunya tidak terlepas dari bagaimana konstelasi atau peta partai politik,”tukasnya.
Namun yang sudah lebih jelas belum lama ini, Mahlamah Konstitusi menegaskan bahwa Presiden Soult Resoult tetap 20 persen. Dalam artian siapapun yang berhak atau diusung sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Maka harus mengantongi tiket 20 persen. “Ini artinya tidak mudah membangun 20 persen koalisi sehingga terkumpul suara paling tidak 20 persen berdasarkan hasil pemilu 2014 yang lalu. Inilah yang akan terus cair dan bergerak secara dinamis. Apakah kemudian kembali terjadi dua koalisi besar seperti tahun 2014 lalu.Atau kemungkinan bisa saja ada poros ketiga.
“Mungkin ada poros ketiga. Tetapi kita tidak tau. Yang jelas mari ktia simak bersama termasuk saya akan mengikuti proses ini. Bagi saya yang bisa saya lakukan adalah terus berkeliling ke berbagai daerah. Saya tentu sekarang dalam kapasitas sebagai politisi yang juga memiliki kepentingan untuk semakin mengenal dan juga dikenal,”tandasnya.