Cirebon, Jawa Barat: Hujan mengguyur Kota Cirebon, Senin (19/3) sore, namun tak menyurutkan niat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk ngariung bersama warga Cirebon. “Kalau buat tentara, hujan itu kawan,” kata AHY.

Sore itu AHY ngariung bersama komunitas-komunitas lokal Cirebon dalam acara dialog santai di Food Camp Markas, Jl. Cipto Mangunkusumo, Cirebon. “Walaupun diguyur hujan tetapi suasana tetap hangat, ngariung bersama-sama dengan mereka dari berbagai elemen, termasuk anak-anak muda,” kata AHY semangat.

Sambil menyantap empal gentong, kuliner khas Cirebon, AHY berdialog santai dengan berbagai komunitas yang hadir.

Dede Permana, Ketua Forum Tenaga Honorer Sekolah Swasta menyampaikan masalah terkait status guru honor yang belakangan kembali mencuat. “Status guru honor sampai detik ini belum selesai. Seharusnya negara hadir di dalamnya untuk mengkomunikasikan pola yang baik, sehingga tidak ada proses dikotomi antara negeri dan swasta,” tutur Dede.

Selain Dede, Perwakilan Komunitas Seniman dan Budaya Cirebon, Dedi Kempleng juga menyampaikan aspirasinya terkait komitmen pemerintah membangun sarana pertunjukan dan galeri di daerah. “Yang memiliki akar sejarah kuat itu adanya di Cirebon. Yang menjadi persoalan sekarang adalah hampir tidak pernah kita jumpai ruang-ruang publik, tempat-tempat aktivitas anak muda berkesenian. Ini memang hambatannya adalah di anggaran kota yang tidak mencukupi,” terang Dedi. “Kita punya gedung kesenian tapi bisa dirasakan seperti gedung kesunyian,” tambahnya.

Menanggapi soal status guru honorer, AHY sepakat dan memang harus ada aksi untuk tidak menempatkan mereka di status yang tidak ambigu. “Harus ada langkah-langkah konkret untuk segera mendudukan, menempatkan mereka para pejuang edukasi ini dengan status yang jelas,” kata AHY. “Tidak boleh ada dikotomi antara negeri dan swasta. Kan sama-sama mendidik anak, mendidik generasi kita. Ada yang produk negeri, ada yang produk swasta, tapi sama-sama mereka dicetak, dipersiapkan menjadi generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, para pendidik dan guru-gurunya juga harus diapresiasi setara, jangan sampai seperti ada pembedaan,” tegasnya.

Menanggapi aspirasi Dedi, AHY mengatakan meskipun pembangunan diperuntukkan kemajuan tetapi tidak menghilangkan karakter daerah. “Kota Cirebon harus terus maju dan modern, tetapi tetap memiliki jati diri, tetap mengakar pada karakter budayanya. Karena itu kekayaan kita. Tidak ada kekhasan Cirebon di tempat lainnya, apalagi di negara lain. Ya hanya ada di Cirebon,” tegas AHY. “Saya yakin kalau ini terus menjadi prinsip dalam pembangunan, kita benar-benar maju tapi unik,” tambah AHY.

Cirebon merupakan kota ke-14 yang dikunjungi AHY dalam rangkaian kegiatan AHY Ngariung di Jabar. (csa/bcr)