JAKARTA, KOMPAS.com — Safari politik yang dilakukan Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, bukan tanpa tujuan.
Dalam dua pekan terakhir, Agus menemui sejumlah tokoh politik.
Pada Selasa (31/10/2019) sore, Agus bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Sebelumnya, ia menemui Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hingga mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and ConsultingPangi Syarwi Chaniago menilai, Agus bisa leluasa melakukan safari dan bertemu tokoh politik karena belum memiliki beban akibat konflik politik masa lalu.
Menurut dia, posisi Agus saat ini tepat untuk mengawali langkahnya di dunia politik.
Apalagi, saat menghadapi kekalahan pada Pilkada DKI Jakarta, Agus menunjukkan sikap jiwa besar dan legawa.
“Kunjungan AHY ke tokoh politik jelas menguntungkan AHY secara politik,” ujar Pangi saat dihubungi pada Kamis.
Pangi mengatakan, momentum tersebut dibaca secara cermat oleh Agus untuk menemui sejumlah politisi senior dan tokoh.
Hal-hal seperti ini baik dilakukan untuk mengawali langkahnya di dunia politik.
Menurut Pangi, cara yang dilakukan Agus juga bisa menjadi contoh bagi para politisi muda.
“Habitus politik yang dikembangkan dan terus dibangun AHY saya kira bagus untuk kita contoh sebagai keteladanan politik,” katanya.
Keuntungan sebagai putra mantan presiden
Sementara itu, pakar komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, Agus memiliki fasilitas melakukan safari politik karena statusnya sebagai putra mantan presiden dan ketua umum partai.
Akan tetapi, menurut dia, langkah Agus tak bisa dijadikan sinyal bahwa Demokrat tengah mendekat ke pemerintah. Apalagi, seperti rumor yang beredar bahwa Agus akan “dipinang” menjadi menteri di kabinet Presiden Jokowi.
“Kalau jadi menterinya Jokowi, ya, mungkin karena silaturahim. Namun, Jokowi akan melihat AHY sebagai anak presiden. Jadi, orang lebih menilai motif AHY (silaturahim) bukan sebagai AHY pribadi, melainkan sebagai anak SBY. Nah, AHY mau, enggak?” kata Hendri.
Sementara itu, jika Agus melakukan safari politik sebagai “tabungan” untuk maju dalam pemilihan presiden, menurut Hendri, ada beberapa hal yang perlu dijadikan catatan.
Pertama, Hendri menilai, gaya Agus masih terkesan elitis. Masyarakat Indonesia cenderung tak menyukai gaya seperti ini.
Kedua, Agus perlu membangun grassroot atau akar rumput. Saat ini, Agus cenderung mengunakan grassroot ayahnya.
“Orang mengelu-elukan, foto bareng, apakah otomatis grassroot? Belum. Grassroot adalah loyal, mengerti visi misinya AHY,” kata Hendri.
“Kalau mau maju ke 2024 masih banyak waktu untuk membangun itu,” lanjutnya.
Disambut baik politisi lintas partai
Langkah politik Agus disambut positif sejumlah politisi senior lintas partai.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid menilai, penting bagi para pemimpin mengintensifkan komunikasi dan mempersempit jarak perbedaan politik.
Pertemuan semacam itu, menurut dia, bisa menjadi bagian untuk menyelesaikan berbagai isu dan akan disambut baik masyarakat.
Hidayat mengatakan, langkah Agus tak perlu dicurgai sebagai manuver politik jelang Pemilu 2019.
“Kami dorong semakin banyak lagi beliau bertemu dengan semakin banyak pihak. Sangat baik sehingga warga bangsa tahu kita punya banyak pemimpin,” kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Hal serupa diungkapkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.
Meskipun hal yang diperbincangkan Agus dan Prabowo dinilainya cenderung normatif, Fadli berpandangan, komunikasi politik seperti itu perlu terus dijalin.
“Saya kira komunikasinya komunikasi biasa saja. Secara gestur bahwa dalam politik kita memang harus bisa membuka ruang untuk dialog walaupun terjadi perbedaan-perbedaan pendapat, walaupun terjadi persilangan argumentasi,” ujar Fadli.
Fadli membantah Agus dan Prabowo juga menyinggung Pemilu 2019 saat bertemu pada Selasa.
“Enggaklah, belum sampai sana,” ujar Wakil Ketua DPR itu.
Leave A Comment