Jakarta – The Yudhoyono Institute (TYI) menggelar roundtable discussion di Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan. Sejumlah isu kawasan dibahas dalam diskusi tersebut, dari penembakan rudal oleh Korea Utara (Korut) hingga tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar.

Diskusi yang digelar kali ini mengusung tema ‘Geopolitik dan Keamanan Asia-Pasifik: Apa Peran Indonesia?’. Sejumlah tokoh nasional dan akademisi turut diundang dalam diskusi itu.

Hadir dalam acara ini Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Chairman TYI; mantan Menko Perekonomian Hatta Rajasa; mantan Menko Polhukam Djoko Suyanto; mantan Mensesneg Sudi Silalahi; dan sejumlah menteri era SBY lainnya.

Selain itu, ada Gubernur Lemhannas Agus Widjojo, Rektor Paramadina Firmanzah, dan Syafrie Sjamsoeddin. Direktur Eksekutif TYI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sekaligus moderator dalam diskusi tersebut, membeberkan lima isu besar di kawasan Asia-Pasifik yang akan dibahas.

Isu pertama yang dia sampaikan adalah situasi di Semenanjung Korea yang mulai tegang setelah Korea Utara menguji coba bom hidrogen dan menembakkan rudal melintasi Jepang.

“Izinkan saya untuk menyampaikan isu pertama terkait perkembangan situasi di Semenanjung Korea. Sepanjang tahun 2017, Korea Utara telah melakukan 15 kali uji coba peluncuran peluru kendali, baik jangka pendek, menengah, maupun interkontinental atau antarbenua, termasuk uji coba bom hidrogen berdaya ledak seratus kiloton,” ujar Agus dalam acara yang digelar di Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2017), itu.

“Dua di antara uji coba yang digelar Korea Utara ini melewati wilayah Jepang dan jatuh di Samudera Pasifik,” imbuh mantan Mayor TNI AD itu.

Agus lantas memaparkan isu kedua soal Rohingya. Menurutnya, saat ini telah timbul kekhawatiran pengungsi Rohingya bisa menjadi sasaran empuk teroris. Akibat tragedi kemanusiaan ini pun pemenang Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, yang merupakan pimpinan Myanmar, mendapat kecaman keras dari dunia.

“Kekhawatiran bahwa pengungsi Rohingya ini menjadi sasaran empuk rekrutmen teroris juga semakin mengemuka. Pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, juga menghadapi kecaman, bahkan seruan agar penghargaan Nobel Perdamaian dicabut karena dianggap berdiam diri meskipun konstitusi Myanmar memang membatasi kewenangannya,” paparnya.

Ketiga, Agus menyoroti isu Laut Cina Selatan yang tak pernah berhenti dibahas dan penting untuk disikapi oleh Indonesia. Dia mengatakan sengketa Laut Cina Selatan ini telah berlangsung selama puluhan tahun namun belum ada penyelesaian juga.

“Sengketa klaim Laut Cina Selatan sudah berlangsung puluhan tahun dan masih jauh dari penyelesaian,” terang Agus.

Selanjutnya, diskusi membahas peran ASEAN dalam menyikapi tantangan kawasan yang semakin kompleks. ASEAN, yang baru saja merayakan hari jadi ke-50, perlu merespons perkembangan dunia yang begitu cepat.

“Bagaimana ASEAN menyikapi tantangan-tantangan ekonomi, politik, maupun keamanan dalam kawasannya maupun merespons tantangan yang terjadi di Asia-Pasifik,” tutur Agus.

Terakhir, isu yang dinilai penting untuk dibahas dalam diskusi TYI ini adalah soal Belt and Road Initiative (BRI) yang dikembangkan oleh China. Diskusi akan membahas peran Indonesia dalam menyikapi program pemerintah China, yang berencana menyambungkan China dengan Asia Tengah dan Eropa.

“Isu kelima, Belt and Road Initiative (BRI) yang dilakukan pemerintah Tiongkok. BRI adalah proyek yang sangat ambisius. Program ini berencana menyambungkan Tiongkok dengan Asia Tengah dan Eropa melalui jalur darat serta Tiongkok dengan Afrika dan Eropa melalui jalur maritim,” ujar putra sulung SBY itu.

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-3650895/gelar-diskusi-tyi-ahy-dan-sby-bahas-rudal-korut-hingga-rohingya