Jakarta – Berbagai manuver yang dilakukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selepas kalah dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta, Februari lalu, adalah investasi menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Tapi kemungkinan besar investasi tersebut baru akan bisa dituainya dalam pilpres 2014. Demikian pendapat Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli dan Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research Center (SMRC) Djayadi Hanan.

Sejauh ini, Lili menilai, pengalaman politik AHY masih belum martang dan perlu terus dipupuk. Ia membandingkan, secara bobot politik AHY masih kalah dengan adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). “Ibas kan Sekjen Partai Demokrat dan anggota DPR dua periode, sedangkan Agus baru sampai calon gubernur DKI,” papar Lili kepada detikcom, Senin (6/11/2017).

Pertemuan AHY dengan sejumlah tokoh politik seperti Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dia melanjutkan memang mendapatkan liputan dari media. Begitu juga dengan aktivitas memberikan kuliah umum di sejumlah kampus. “Tapi hal itu belum cukup,” tegasnya.

Agus, dia melanjutkan, masih harus menunjukkan kemampuan dirinya, baik itu pemikiran maupun manajemen organisasi. Publik tak lagi bisa diiming-imingi dengan pencitraan dan pertemuan dengn sejumlah tokoh saja. “AHY harus menunjukkan dirinya mampu bekerja,” ujar Lili.

Sejauh ini elektabilitas AHY masih dalam kisaran 2 persen. Dalam simulasi survei delapan nama calon presiden oleh Indikator Politik, Oktober lalu, posisi teratas ditempati Jokowi (54,6 persen), Prabowo (24,8), dan Anies Baswedan (3,1), AHY (2,9); diikuti Gatot Nurmantyo (2,8 persen).

Dengan rata-rata elektabilitas yang jauh di bawah Jokowi dan Prabowo, Djayadi memperkirakan nama AHY dan tokoh lainnya baru akan benar-benar berkibar pada 2024. “Era pemimpin lama akan segera berakhir, tapi pemimpin baru tampaknya baru populer 2024 ke sana,” ujar Djayadi.

 

Sumber : https://news.detik.com/berita/3715465/ahy-masih-perlu-memupuk-modal-untuk-2019