TRIBUN-MEDAN.com – Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) buka suara soal perbedaan berkiprah di dunia militer dan dunia politik.

Hal itu ia sampaikan dalam sesi interview bersama Wahyu Muryadi di acara E-Talkshow tvOne yang tayang 21 Desember 2018 kemarin.

Sebelumnya, AHY sempat menjelaskan alasannya menitikkan air mata saat pidato mundur dari TNI.

Komandan Satuan Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono memberikan keterangan pers di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, di Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (10/8/2018). Setelah gagal mengusung AHY menjadi cawapres, Partai Demokrat menyatakan dukungannya kepada pasangan calon Prabowo-Sandiaga untuk maju dalam Pilpres 2019.
Komandan Satuan Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono memberikan keterangan pers di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, di Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (10/8/2018). Setelah gagal mengusung AHY menjadi cawapres, Partai Demokrat menyatakan dukungannya kepada pasangan calon Prabowo-Sandiaga untuk maju dalam Pilpres 2019. (KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)

“Mas Agus sedih enggak sih kalau meninggalkan karier sebagai tentara? Harusnya bisa jadi jenderal, saya yakin you can do that,” tanya Wahyu.

AHY pun menjelaskan bagaimana perasaannya saya memutuskan berpisah sebagai anggota TNI.

“Waktu itu saya menitikkan air mata dan itu bukan air mata pencitraan. Karena saya merasa terharu,” jawab AHY.

“Bagaimana tidak? Selama 16 tahun saya mengabdi sebagai prajurit bersama yang lain, baik dalam suka maupun duka. Saat latihan, daerah operasi, dalam dan luar negeri,” lanjut dia.

Menurutnya, memori itulah yang membuat langkahnya meninggalkan dunia militer menjadi agak berat.

“Tentu ada rasa haru yang menyertai saya untuk menuju pengabdian baru,” tegas AHY.

Ia pun menjelaskan bagaimana perbedaan mengabdi sebagai politikus dan sebagai tentara.

AHY berkelakar, soal musuh di dunia politik lebih samar.

“Kalau di militer itu musuhnya jelas, kita warna ini, musuh warna lain. Seragamnya lain,” kata AHY.

“Nah kalau dalam politik kita enggak jelas. Kadang musuh di depan, samping, belakang bersama kita. Demikian dengan kawan kita, hari ini bersama kita besok sudah ada di tempat lain,” tandasnya.

Agus Harimurti Yudhoyono
Agus Harimurti Yudhoyono (Instagram)

Walau begitu, AHY mengatakan hal itu sebagai bagian dari dinamika politik.

“Itulah dinamika politik, di dunia manapun. Saya harus bisa beradaptasi dengan baik. Dan yang jelas tujuan politik juga sama  untuk meraih suara rakyat.”

“Pada akhirnya suara itu juga menjadi motivasi bagi kita untuk memberikan yang terbaik untuk rakyat,” ujarnya.

Dalam acara sama, AHY lantas menceritakan pengalamannya saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Saat itu banyak pihak yang menudingnya terlalu muda dan tidak memiliki pengalaman.

Namun, seiring waktu berjalan, banyak politikus yang menyadari jika jumlah anak muda yang jadi pemilih pemula itu sangatlah besar.

“50 persen dari total pemilih nasional yang berusia 17-35 tahun. Millenials,” kata AHY, dikutip TribunSolo.com dari TribunWow.com.

“Akhirnya setelah menyadari itu, ramai-ramai mencoba berpenampilan muda. Memuda-mudakan dirinya,” imbuhnya.

AHY mengatakan, tidak ada yang salah dari itu.

“Cuma saya tersenyum. Karena orang yang sama yang mengatakan saya terlalu muda, merekalah yang pertama kali memuda-mudakan dirinya seperti anak muda,” ungkap AHY.

“Mas AHY ini mau nyindir yang pakai jaket bomber dan motor chopper?” tanya Wahyu.
AHY pun menegaskan jika dia tak menyindir siapapun.

Justru, AHY mengaku senang karena ada kepedulian dari politisi senior untuk menggarap suara anak muda.

“Namun, jangan hanya di tahun politik. Tidak hanya pas mau pemilu, tapi yang paling penting adalah selalu dekat dengan anak muda dan selalu menginsopirasi anak muda,” kata Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat ini.

“Jadi Demokrat sebenarnya berkomitmen untuk mendukung pasangan nomor 01 ya?” tanya Wahyu.

“Nomor 2 dong, nomor 2 kita,” AHY menjawab cepat.

“Nomor 2 ya? Sorry-sorry, nomor dua maksudnya,” kata Wahyu yang disambut tawa penonton.

“Ini ngejebak saya nih kayaknya nih,” ucap AHY yang berhasil membuat Wahyu terpingkal-pingkal.

“Itu artinya dia konsentrasi betul Mas AHY, kalau bukan nomor satu ya berarti nomor dua dong.

“Kan begitu logikanya,” ujar Wahyu setelah ia berhenti tertawa.

Meski Wahyu sudah berhenti tertawa, sejumlah penonton masih terdengar tertawa.

“Wartawan emang gini nih, selalu cari-cari,” kata AHY yang kembali buat penonton di studio tertawa.

“Saya rasa itu pertanyaan yang pintar,” jawab Wahyu dalam bahasa Inggris hingga buat AHY tertawa.

Adapun, Partai Demokrat yang diketuai oleh ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan partai pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Sementara itu, pasangan calon nomor urut 01 adalah calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan calon wakil presiden Ma’ruf Amin.

 

 

http://medan.tribunnews.com/2018/12/25/agus-yudhoyono-uraikan-beda-militer-dan-politik-kalau-di-milter-jelas-mana-kawan-dan-mana-lawan?page=all