Jakarta – Keikutsertaan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada kontestasi Pemilihan Presiden 2019 bakal membuat peluangnya sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2024 semakin besar.

Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby, Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo, secara terpisah, Selasa (27/2).

“Pemilu atau pilkada jangan dilihat hanya persoalan kalah menang tetapi harus ditempatkan dalam konteks kaderisasi untuk melahirkan pemimpin bangsa ke depan. Jadi, saya anjurkan AHY ambil momentum (Pilpres 2019) ini, terlepas nanti kalah atau menang,” ujar Djayadi. Dia menilai, sejarah AHY di panggung politik sebenarnya juga karena adanya momentum politik, yaitu Pilkada DKI Jakarta 2017. Sebelumnya, publik tidak mengenal AHY kecuali sebagai anak Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berkiprah di militer.

“Pilkada DKI Jakarta kemudian menjadi langkah cepat AHY masuk dunia politik, ia menjadi tokoh nasional meskipun dalam pertarungan pilkada tersebut kalah,” katanya. Maju pada Pilpres 2019 akan memberikan keuntungan elektoral dan politik bagi Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat ini untuk bisa meraih kemenangan di Pemilu 2024.

Pasalnya, Pemilu 2024 merupakan pemilu yang menjadi milik generasi muda seperti AHY, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Romihurmuziy, atau Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan tokoh-tokoh muda lain. “Persoalan kalah menang itu wajar. Tetapi memanfaatkan momentum merupakan sesuatu harus diambil oleh para calon pemimpin. Dengan mengikuti Pilpres 2019, AHY bisa menyosialisasikan diri lebih awal,” ujarnya.

Pada Pilpres 2019 peluang terbesar AHY adalah sebagai cawapres. Jika AHY maju sebagai capres, berarti Partai Demokrat harus mencari teman berkoalisi karena kursi Partai Demokrat tidak mencukupi untuk mengusung satu paslon capres-cawapres. “Kalau AHY menjadi capres bukan saja peluang untuk menang yang sulit, tetapi mendapatkan tiket parpol juga terlihat sulit karena Partai Demokrat harus berkoalisi dengan minimal dua partai lainnya. Ini juga mengandaikan koalisi pendukung Jokowi tidak solid,” jelas dia.

Namun, jika AHY menjadi cawapres, maka peluangnya besar terlepas dia menjadi cawapres dari Jokowi atau Prabowo Subianto. “Yang paling mungkin berpasangan dengan Jokowi karena perpaduan antara sipil (Jokowi) dan militer (AHY) serta pemimpin transisi dan pemimpin muda. Kalau dengan Prabowo agak sulit karena sama-sama militer dan Prabowo butuh figur yang bisa menaikkan elektabilitasnya,” tutur dia.

Menurut Hinca, AHY ideal sebagai pemimpin nasional ke depan sehingga patut dipertimbangkan menjadi cawapres pada Pilpres 2019. “Pilihan anak muda ke depan untuk menjadi bagian dari partai, generasi ke depan untuk kepemimpinan nasional, Mas AHY bisa jadi faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan siapa pun capres, termasuk Pak Jokowi,” katanya.

Kini AHY terus menerus bersosialisasi menemui masyarakat di berbagai daerah. Ditambahkan, Partai Demokrat tetap belum mempunyai sikap terkait pilpres. Dia berharap, safari AHY ke masyarakat dapat berdampak positif bagi elektabilitas partai.

Sebelumnya, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, Kogasma dibentuk untuk pemenangan pemilu partainya pada 2019. “Partai Demokrat bentuk Kogasma untuk menyukseskan perjuangan kita. Membantu DPP Partai Demokrat agar partai kita memang dalam pemilu yang akan datang,” kata SBY.

Ditegaskan SBY, Demokrat belum berpikir mengenai kontestasi pilpres, khususnya membentuk koalisi. “Belum saatnya berbicara tentang capres dan cawapres. Belum saatnya bicara dengan partai partai mana kita berkoalisi,” tegasnya.

Sementara itu, menurut Ketua DPD Demokrat Papua, Lukas Enembe, Demokrat sejak dini menyiapkan regenerasi. Contohnya dengan kehadiran AHY. “Saya pikir regenerasi ini terbaik untuk harus dilakukan seperti itu. Kalau sudah disiapkan dari kecil, dari awal, itu lebih bagus, termasuk AHY yang sudah dipersiapkan,” kata Lukas.

Dia menuturkan, dipilihnya AHY sebagai cawapres, sangat tergantung capres. “Tergantung mau pasangan dengan siapa. Kalau nilai jualnya bagus, kenapa tidak? Tapi yang penting generasi muda perlu ada, siap gantikan tugas kepemimpinan nasional,” tandasnya.

Analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto mengemukakan, di antara nama-nama yang kini beredar dalam bursa capres dan cawapres, AHY termasuk yang minim pengalaman sosial-politik. Selain Agus, sebenarnya ada nama Gatot Nurmantyo yang mantan tentara dan nihil pengalaman politik, namun karier militer Gatot lebih unggul dibandingkan Agus. Meski demikian, bukan berarti Agus tanpa peluang.

“Memiliki pengalaman berlaga dalam kontestasi Gubernur Jakarta 2017, Agus tergolong politikus muda, yang dapat menjadi modal baginya untuk mendekati kalangan pemilih muda, yang jumlahnya diperkirakan antara 55-60% dari total pemilih pada Pemilu 2019. Agus juga memiliki pengaruh politik sebagai penerus mantan Presiden SBY sekaligus mendapatkan endorsement dari Partai Demokrat,” kata Arif, Selasa (27/2).

Meski minim resistensi, lingkup dukungan AHY di luar Demokrat masih sangat terbatas. AHY belum cukup memiliki keunggulan kompetitif dari sisi identifikasi politik di antara kelompok-kelompok nasionalis atau religius. Bekal karier mililiter dan pendidikan bagus yang dimilikinya belum didukung oleh suatu public relations politik yang genuine sehingga menarik perhatian luas.

“Jika ingin memperoleh dukungan lebih besar, Agus harus menemukan suatu gaya politik lebih otentik dibandingkan sekadar mimikri gaya pendahulunya. Dalam politik nasional yang fragmentaris, jelas dibutuhkan kelenturan untuk bernegosiasi, suatu kemampuan yang masih harus banyak digembleng praktik politik. Artinya, Agus masih membutuhkan kerja keras untuk menjadi kompetitif,” ujar Arif yang juga pengajar pada Universitas Paramadina ini.

Kans Besar

Adjie Alfaraby menilai, AHY mempunyai kans besar untuk menjadi capres dan cawapres di Pilpres 2019. Pasalnya, pasca-Pilkada DKI Jakarta 2017, elektabilitas AHY semakin naik dan meningkat. “Selain itu, AHY juga mempunyai kendaraan politik yang siap mendukung dia menjadi capres atau cawapres,” ujar Adjie.

Pilpres 2019 akan diramaikan oleh tiga poros, yakni poros SBY, poros Megawati-Jokowi dan poros Prabowo. Besar kemungkinan poros SBY, kata Adjie, akan mencalonkan AHY sebagai capres. “Jadi, nanti Partai Demokrat akan menggandeng beberapa partai untuk berkoalisi dalam rangka mengusung AHY sebagai capres di Pilpres 2019. Pengaruh Partai Demokrat dan SBY tentunya masih kuat di akar rumput,” terang dia.

Jika kontestasi Pilpres hanya dua poros, yakni poros Megawati-Jokowi dan Prabowo, kata dia, maka AHY berpeluang menjadi cawapres. Saat ini, menurut Adjie, AHY bisa memilih apakah berkoalisi dengan Megawati-Jokowi atau dengan Prabowo. “Peluangnya masih terbuka, karena AHY dan Partai Demokrat masih berkomunikasi baik dengan dua poros ini,” tutur dia.

Ari Nurcahyo mengemukkan posisi dan peluang politik AHY akan dihitung atau diukur mulai Pilpres 2019 ini. Komunikasi politik yang intensif dengan partai lain akan dilakukan oleh Partai Demokrat. Saat ini Demokrat sudah membuka komunikasi dengan PDIP untuk membicarakan peluang politik apa yang bisa diciptakan.

“Bagi PD, pilpres 2019 ini merupakan “panggung antara” bagi AHY untuk mencatatkan figurnya tampil secara nasional, sekaligus membuka dan bersiap memasuki “panggung utama” pilpres 2024. Peluangnya sebagai capres lebih terbuka lebar secara kalkulasi politik,” kata Ari.

Ia menjelaskan AHY potensial sebgai calon pemimpin karena punya modal sosial politik kuat yang terus ditempa dalam pengalaman politik. Hal itu terutama setelah berhenti secara kesatria dari dinas militer dan memutuskan terjun ke politik praktis. Keputusan hijrah ke politik ini bukanlah sesuatu yang main-main karena pasti didorong oleh motivasi diri yang kuat.

Ketangguhan AHY akan ditempa dan diuji langsung di lapangan untuk membuktikan langsung kualitas dirinya sebagai tokoh muda dan calon pemimpin masa depan. “Ini terbukti dari daya tarung politiknya di Pilkada DKI lalu, posisi jabatan di partai saat ini dipercaya sebagai komandan pemenangan pemilu Demokrat, dan terlihat dari angka elektabilitasnya yang perlahan mulai muncul,” tutup Ari.

 

SUMBER : http://www.beritasatu.com/politik/480738-ahy-harus-masuk-kontestasi-pilpres-2019.html